Minggu, 11 Januari 2009

Adik Saya Bilang Kapalnya Bersih...


Adik Saya Bilang Kapalnya Bersih...

Dengan mengendarai sepeda motor, Darmawati (40) diantar saudaranya meluncur menuju Pelabuhan Samarinda, Minggu (11/1) pukul 17.00 Wita. Begitu sampai di pelabuhan, ia lantas berlari menghampiri suaminya, Abdul Latif, yang lebih dulu datang ke pelabuhan. Beberapa jam lalu, ia mendapat berita dari siaran televisi bahwa KM Teratai Prima yang berlayar dari Pare-pare, Sulawesi Selatan tujuan Samarinda tenggelam di perairan Majene, Baturoro. Dadanya mendadak terasa sakit, karena di dalam kapal itu, ada dua orang yang ia cintai yaitu adik ipar dan mertuanya.

Darmawati menemukan suaminya tengah terduduk di tangga sebuah kapal dengan mata merah dan wajah yang tampak lelah. Ia bertanya pada suaminya, tentang kebenaran berita tenggelamnya kapal KM Teratai Prima.
"Iya, berita itu benar. Ini banyak juga orang yang ingin mencari kepastian juga," kata Latif dengan suara lemas.
Mendengar itu, Darmawati langsung histeris. Ia membiarkan tubuhnya terjatuh di atas aspal kotor halaman parkir Pelabuhan Samarinda. Kedua kakinya serasa tak kuat menyangga tubuhnya yang limbung. Bayangan wajah adik iparnya, Rabaisya alias Ica (24) dan ibu mertuanya, Nasang (80), muncul silih berganti.
"Berapa jumlah penumpangnya?" tanya Wati dengan wajah panik. Saat dijelaskan bahwa jumlah penumpang sekitar 200 orang dan yang ditemukan selamat hanya 18 orang, Darmawati kembali terjatuh dan menjejak-jejakkan kakinya ke aspal.
Para wartawan yang sedang meliput berita langsung berdatangan mendekat. Suaminya segera memegang tangan Darmawati dan berusaha menghibur.
"Saya yang panggil mereka ke sini. Saya yang bersalah. Saya menyesal. Seharusnya mereka masih hidup kalau saya tak panggil mereka kesini," ujar Darwamati berulang-ulang.
Sekitar seminggu lalu, ia menelepon adik dan mertuanya yang berada di Sulawesi. Darmawati meminta tolong agar mereka datang ke Samarinda, karena dirinya sudah mulai sibuk dengan pekerjaan. Sebagai Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sobirin Samarinda Seberang, Darmawati mengaku kerepotan mengurus empat orang anak sementara tugasnya sebagai kepala sekolah cukup menyita waktu.
Ia lantas mengirim uang untuk membeli tiket kepada adiknya. Namun, ia sempat terkejut saat mendengar kabar bahwa kapal yang dipilih adalah KM Teratai Prima.
"Saat naik kapal, adik saya sempat menelepon dan menceritakan dia sudah berada di atas kapal. Dia bilang kapalnya bersih kok. Saya tak menyangka, itu terakhir kali kami bisa berkomunikasi. Sampai sekarang ponselnya tidak bisa dihubungi," ujarnya..
Namun, kini ia mulai belajar untuk pasrah. Seandainya benar adik ipar dan ibu mertuanya jadi korban, Darmawati akan melepasnya dengan ikhlas.
"Kalau benar mereka jadi korban, saya Insya Allah akan berangkat ke Sulawesi bersama suami, saya ingin bertemu dengan keluarga dan meminta maaf," ujarnya.
Namun, Darmawati jadi teringat cerita anak pertamanya, Santi (19) yang masih kuliah di Fakultas Farmasi Unmul. Santi bermimpi pada hari Rabu (7/11) didatangi oleh orang tua. Dalam mimpinya, orang tua tersebut menyuruh Santi meminta maaf pada ibunya.
"Santi juga melihat ada banjir tapi setelah itu semua mimpinya lenyap. Sejak itu anak saya berpuasa, sampai hari ini pun dia masih berpuasa. Kasihan kalau melihat dia, saat mendengar berita tante dan neneknya tenggelam bersama kapal yang ditumpangi, anak saya jadi sering melamun. Sebenarnya dia banyak mimpinya, tapi dia nggak mau cerita semua. Dia cuma memendam dalam hati saja. (m20/fix)

Ada fotonya:
Darmawati, kepala sekolah MI Sobirin di Samarinda Seberang, terduduk lunglai di halaman Pelabuhan Samarinda, saat mendengar

Tidak ada komentar: