Jumat, 02 Januari 2009

KAMMI Kaltim Diingatkan Farid



* Empat Kesadaran Yang Harus Dibangun
SAMARINDA, TRIBUN - Pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) ke Enam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kaltim, Jumat (2/1) dibuka oleh Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy. Farid dalam sambutan pembukaannya mengingatkan organisasi tingkat mahasiswa dengan empat kesadaran.
"Ada empat kesadaran yang harus dibangun KAMMI Kaltim yaitu sadar sebagai agen perubahan, sadar komunitas potensial, sadar komunitas analitis dan kritis dan sadar organisasi berperan dan fungsi di masyarakat," kata Farid dihadapan peserta Musda.
Farid memberikan apreasi atas gagas acara ini dan menjadikan dirinya pemateri membahas Muslim Negarawan. Menurutnya, penting untuk mengtahui dan mengkaji Muslim Negarawan di masa depan.
"Tugas kita dua untuk membangun yaitu menjadi muslim juga menjadi negarawan. Negarawan adalah orang mementingkan negara diatas kepentingan lainnya. Sedangkan muslim adalah orang meyakini Islam sebagai petunjuk dan jawaban seluruh persoalan dunia dan akhirat. Islam sudah lengkap didalamnya tinggal kita mengkajinya lagi," kata Farid.
Selain menyinggung tema dibawanya Muslim Negarawan, Farid memahami semangat mahasiswa yang tinggi. Dalam kesempatan jarang itu, Farid menjelaskan kondisi perjalanan politik di Indonesia yang berimbas ke seluruh daerah terutama Kaltim. "Dalam konteks politik, kita melihat perubahan- perubahan mendasar," katanya. Perbuahan itu dimulai amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
Amendemen UUD negara Indonesia juga ditandai dengan adanya pemilihan langsung terhadap pucuk pimpinan pemerintah. "Kita mencatat pemilihan langsung merupakan kemajuan besar yang kita peroleh dengan sistem politik. Perubahan sistem politik itu kaitannya dengan pemilihan langsung pemimpin pemerintah dengan adanya harapan tinggi partisipasi masyarakat," kata Farid. Pemilihan langsung diharapkan adanya pemerintah bersih dan berwibawa dengan tingkat kepercayaan tinggi.
"Partisipasi masyarakat yang tinggi tidak hanya mencoblos namun juga partispasi masyarakat untuk berbicara persoalannya. Seperti keluhan jalan rusak dan banjir. Jadi saya sedang melaksanakan silaturahmi kepada para warga usai sholat Jumat untuk mendengar persoalan masyarakat," kata Farid.
Kemauan Farid itu, juga ingin menepis opini masyarakat yang menilai bila seseorang telah menjabat tinggi akan "lupa". "Saya pernah kunjungan di suatu tempat, warga banyak yang minta foto bersama dan salaman. Kemudian saya bilang nanti saja, mereka tetap memaksa saja alasannya takut kalau sudah jadi pejabat jadi sulit ketemu tidak ingat lagi," cerita Farid.
Opini di masyarakat itu tidak sepenuhnya disalahkan Farid. Ia menilai birokrasi dan adminitrasi pemerintah sering terlena dengan fasilitas mewah. Sehingga sulit untuk turun ke lapangan membangun dan melayani masyarakat.
"Ada warga desa di Samarinda, ia tinggal sudah lima puluh tahun namun tidak pernah pembangunan aspal di depan rumahnya terealisasi. Nah, inilah realita yang terjadi kalau pemerintah sudah terlena dengan fasilitas yang sudah terpenuhi," kata Farid. (m20)

Tidak ada komentar: