Selasa, 13 Januari 2009

Terbangun dari Tidur Setelah Mendengar Teriak "Tolong"



Ramppa terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara teriakan minta tolong berkali-kali, sekitar pukul 04.00, Minggu (11/1). Di dalam kapal berlayar tengah lautan, ia melihat sekelilingnya. Sebagian penumpang tertidur. "Ada pula anak-anak menangis," kata Ramppa bersaksi. Sementara, air laut mulai masuk ke dalam kapal yang miring ke sebelah kiri.
Kapal sedang membawa 250 penumpang dan barang sembako berlayar melintas di perairan Baturoro, Majene Sulbar. Kapal sangat kecil dibanding luasnya laut dan tingginya gelombang, membuatnya oleng. Keadaan kapal miring ke sebelah kiri setelah gelombang laut besar menghantam.
"Saya lari ke sebelah kanan kapal," kata Ramppa. Ramppa penumpang tujuan Samarinda ini lalu membawa badannya berbalik arah menentang arah kapal yang mulai terbalik. Kapal miring ke sebelah kiri, Ramppa dengan cekatan berlari keluar dari kapal sebelah kanan. Ia nekat meloncat ke laut. Keadaan yang dilihatnya tak mungkin bertahan.
"Saya loncat dari kapal dan berenang," kata Ramppa sedang diinfus di Ruang Dahlia RSU AW Wahab Syahranie, Rabu (13/1). Di saat gelap kapal sudah tenggelam, Ramppa kemudian berenang mengambil apa saja yang bisa jadi pegangan. Ia menemukan buah tandan pisang asal dari kapal Teratai Prima 0 yang tenggelam. Ia berpegangan pada buah itu dan mengapung di atas air laut.
Korban selamat ini mencoba tak panik dan berusaha tenang. Ia pun meyakinkan dirinya akan ditemukan nelayan atau kapal yang berlayar. Menunggu itu, Ramppa baru pertama kali ke Kalimantan mengandalkan hujan untuk minum di laut.
Berada di tengah lautan sekitar jarak 5 mil dari daratan, Ramppa menemukan bagang atau rakit bambu yang dibuat nelayan untuk tanda wilayahnya. Korban kemudian berpegangan dengan rakit yang diikat. Tak ada nelayan yang melihatnya. Ia pun berpikir keras untuk menyelamatkan jiwanya.
"Saya lepas tali rakit supaya saya bisa dibawa gelombang ke darat," kata Ramppa. Usaha Ramppa rupanya menjadi bomerang. Posisi terapung dirinya malah ke tengah lautan. Harapan ditemukan nelayan juga pupus.
Rampa tak putus asa, ia mulai bertahan dengan memegang tandan buuah pisang yang menyelamatkannya pertama kali. Memasuki hari kedua, keberuntungan mulai menghampirinya. Pagi hari itu sebuah kapal barang memuat 319 ekor sapi melintas perairan bagian selatan Majene.
Pria asal Pinrang ini lantas melambaikan tangannya. Kondisi dirinya hari itu sudah kritis dan lemas. Ia cuma mengenakan celana dalam. Bagian kedua kakinya juga sedang terluka. Usahanya tidak sia-sia. Tiga nakhoda kapal Citra Milenium melihatnya.
"Saya berpegangan terus dengan tandan pisang. Badan saya lemas saat itu," kata Ramppa. Ia pun mulai dievakuasi. Berbekal tali dan pelampung, tubuh Ramppa ditarik dari permukaan laut ke atas kapal.
Bantuan obat dan makanan diberikan kepada Ramppa. Dirinya mulai bisa istirahat sambil menunggu tiba di Samarinda. Nakhoda kapal, Nurdin Said mengatakan pihaknya sudah menerima informasi dari kantor Adpel Pare-Pare bahwa ada korban kapal tenggelam. Untuk itu ia telah bersiap mnemukan korban Ramppa. "Memang ada informasi saya dengar untuk menolong melihat setiap korban kapal tenggelam," katanya
Ramppa seorang petani memiliki istri di kampung halamannya, Pinrang. Ia datang ke Samarinda untuk menerima tawaran pekerjaan di bidang pengeboran minyak di wilayah Kaltim. Korban selama di rumah sakit dijenguk keluarganya. (m20)

Tidak ada komentar: