Rabu, 28 Januari 2009

Dua Sindikat Pencuri Motor Diringkus



* Hasil Curian Dibawa ke Muara Wahau dan Kembang Janggut

SAMARINDA, TRIBUN - Satuan Reserse Kriminal Poltabes Samarinda berhasil mengungkap dan menangkap dua jaringan sindikat pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Sebanyak 12 tersangka ditahan dan 24 sepeda motor sebagai barang bukti diamankan.
Polisi yang mengungkap kasus ini menuturkan puluhan sepeda motor yang dicuri di Samarinda terjadi sejak bulan November 2008 lalu hingga Januari 2009. Untuk menghilangkan jejak, pelaku pencurian membawa motor ke luar daerah, Muara Wahau Kutai Timur dan Kembang Janggut Kutai Kartanegara.
"Ada dua kelompok sindikat pencurian ini. Mereka adalah kelompok Hendra dengan 5 rekannya dengan dua buron dan Umar dengan 7 rekannya. Motor yang dicuri dari beberapa tempat di Samarinda dan dijual pelaku di daerah pelosok kebun dengan harga Rp 4 juta," kata Kapoltabes Samarinda Kombes Pol A Kamil Razak, Rabu (28/1).
Penangkapan dua kelompok sindikat, Hendra dan Umar berawal pada tanggal 18 Januari lalu, polisi menangkap salah satu pelaku pencurian. Polisi lalu melakukan penyelidikan dan pengembangan kasus ini. Tak hanya jajaran Poltabes menahan pelaku, namun pada Polsekta Samarinda Utara dan Polsek Sungai Kunjang juga menangkap masing-masing dua anggota sindikat ini.
Dalam mengejar para pelaku, Kamil mengungkapkan pihaknya membentuk tim pemburu pencuri spesialis motor. Tim ini bekerja secara mendalam dalam melakukan penyelidikan mengumpulkan informasi hingga cukupnya barang bukti. Tim ini juga melakukan sampai penangkapan para tersangka.
"Sedikitnya 300 kali pencurian kendaraan bermotor di Samarinda. Pada bulan Januari ini saja ada 13 kasus terjadinya pencurian. Hal ini melatar belakangi kami melakukan operasi mengejar para pelakunya dengan bentuk tim. Kami juga terus mengembangkan kasus ini dan berkoordinasi dengan Polres lainnya untuk penyelidikan tempat kejadian," kata Kamil.
Sepeda motor kini di Mapoltabes dijejer di halaman parkir dan diberi tanda garis polisi. Pada kemudi atau stang motor digantung kartu tanda barang bukti. Beberapa kondisinya kotor dan tidak lengkap alat bagian motor. Relatif, motor yang menjadi korban pencurian adalah motor baru dengan rakitan diatas tahun 2000.
Menurut keterangan tersangka pada polisi, jumlah seluruh motor bebek yang dicuri dan dibawa ke Muara Wahau sebanyak 13 motor. Namun hanya 9 motor saja yang bisa diselamatkan. Sedangkan empat motor sudah dijual. Sedangkan di Kembang Janggut, jumlah 15 motor semuanya diselamatkan.
Selain memproses hukum para tersangka dan barang bukti, polisi juga sedang mengumpulkan keterangan korban. Pemilik motor yang dicuri diharapkan melapor ke Poltabes. Laporan berupa nama identitas dan adanya data nomor resi mesin motor yang hilang dicuri untuk mencocokan motor bebek yang ditemukan.
"Kepada masyarakat yang merasa menjadi korban pencurian motor segera melapor. Kami menghimbau juga kepada warga agar tidak membeli motor tanpa surat yang sah. Karena membeli motor dari hasil pencurian akan masuk tindak pidana dan diproses hukum," kata Kamil. (m20)
Hasil Curi Motor Untuk Beli Baju

Rais alias Empeng, laki-laki berumur 16 tahun terpaksa harus menghadapi ancaman hidup masa muda di penjara. Ia menjadi tersangka setelah terlibat sindikat pencurian kendaraan bermotor yang diotaki kelompok Hendra dan Umar. Entah kapan mulai mengenal kejahatan pencurian, yang jelas salah bergaul teman. "Saya diajak teman mencuri, hasilnya buat beli baju," kata Empeng yang berbadan kurus, hitam legam dan paling belia berdiri diantara 12 tersangka dengan baju tahanan.
Empeng ditangkap Selasa (27/1) lalu pukul 07.30 di kawasan Air Putih Jalan P Suryanata. Saat itu ia hendak ke pasar membeli bahan memasak dari rumahnya. Maksud hendak berbelanja, tiba-tiba ia dihampiri petugas dan kemudian menangkapnya.
Ia pun lantas tidak melawan. Empeng lalu dibawa ke Mapoltabes Samarinda. Dalam pemeriksaan, ia mengaku telah mencuuri motor bersama temannya. Menurut pengakuannya ia hanya diajak oleh teman yang sering kumpul.
Saat ditemui di Mapoltabes, Empeng termasuk baru hitungan hari masuk ke dalam sel tahanan. Selain empeng, dua tersangka Umar dan Hendra otak dari sindikat mengalami luka tembak pada bagian kaki. Salah satunya bahkan kedua kakinya terluka hingga perlu di papah untuk berjalan.
Tersangka Umar dan Hendra sebagai otak dari pencurian motor juga residivis yang pernah menjalani vonis hukuman. Kejahatan dilakukannya hingga dua kali menambah berat ancaman hukuman yang dihadapi. "Para tersangka diancam pasal 363 KUHP dengan hukuman paling lama sembilan tahun penjara. Bagi residivis mengulang perbuatannya akan dikenai ancaman lebih tinggi lagi," kata Kamil. (m20)

Minggu, 18 Januari 2009

Para Ibu Rumah Tangga Lomba Bubur Asyura




PAGI HARI, para ibu rumah tangga dari berbagai lingkungan RT berdatangan. Mereka membawa sebuah wadah mangkok besar berisi bubur khas lengkap dengan sayur-sayuran dan hiasan buah- buahan. Tiba di tempat acara, sekitar pukul 09.00 Minggu (18/1) jadwal acara juga belum dimulai.
Di rumah ketua RT 12, Abdul Mukmin, rupanya ibu-ibu masih tak cukup puas menata buburnya dengan hiasan. Mereka tetap saja asyik terus merapikan dengan teliti memasang sejumlah hias sayur dan buah dibagian bubur yang diperlombakan. Meski acara mau dimulai.
Pada hari itu dilangsungkan lomba bubur Asyura yang diselenggarakan ormas Gerakan Moralitas Bersatu (Gemob) di Jalan Raudah 3 Teluk Lerong Ilir Samarinda. Acara tersebut memperingati Tahun Baru Islam 1430 H untuk meningkatkan tali persaudaraan dan silahturami.
Pada acara yang dihadiri warga sekitar Jalan Raudah ini berusaha meningkatkan tali Silahturahmi di pemukiman. Silahturami diyakini seseorang akan dipanjangkan umurnya, dimudahkan rezeki dan meningkatkan iman taqwa kepada Allah SWT.
Agar lebih meriah, acara lomba bubur Asyura yang diikuti 21 lingkungan RT ini dilakukan penjurian untuk mencari pemenang. Hadiahnya pun cukup lumayan seperangkat pakaian muslim dan alat sholat. Tidak hanya itu bubur Asyura yang terkumpul cukup banyak hingga 21 macam dilelang. Dari lelang bubur, terkumpul dana Rp 6 juta. Dana ini akan digunakan lagi untuk kegiatan sosial lainnya.
"Acara lomba Asyura ini mengasah menciptakan rasa masakan yang nikmat dan membuat kreasi sebagus mungkin. Bubur Asyura ini sudah menjadi masakan khas tradisi umat Islam di Indonesia selain juga mengenang perjuangan Rasul membela Islam," kata Eduar.
Gemob baru berdiri 13 Desember 2008 lalu berencana akan menggiatkan beberapa program membantu masyarkat secara luas. Di bidang kesehatan, ormas ini akan melaksanakan fogging untuk pemberantasan demam berdarah. Ada juga pemberian seperangkat alat tulis dan pakaian sekolah kepada anak kurang mampu.
"Mengadakan pengajian dan majelis yang dananya secara bersama-sama. Dana yang kami kumpulkan hari ini sebesar Rp 6 juta akan kami arahkan ke kegiatan sosial secara transparan. Kegiatan lomba bubur Asyura ini juga mengenang perjuangan umat Islam melawan musuhnya," kata Abdul Mukmin.
Dikatakan pula, bubur Asyura merupakan kuliner dari kalangan ulama penyebar agama Islam di Indonesia. Bubur dengan sebutan bahasa arab ini dicampur dengan bahan-bahan rempah disesuaikan selera khas masyarakat suku melayu.
"Mulai dari bumbu, sayur hingga disadingkan dengan lauknya berupa ikan asin. Tak ketinggalan sambal pedas dari lombok dan tomat. Menurut cerita juga bubur Asyura melambangkan kesengsaraan dihadapi kaum pengikut Rasul menghadapi blokade bangsa Quraisy," kata Abdul.
Saat itu, umat Islam dikepung tentara selama enam tahun. Untuk bertahan hidup, pengikut Rasul sampai memakan serbuk kayu dan daun tersisa. Dan itu dicampur dengan air menjadi bubur agar dapat dimakan. Hingga sekarang, menurut pengalaman Abdul Mukmin hal itu masih terjadi sebagai rasa cinta kepada Rasul. Namun bubur tersebut kali ini dicampur bahan sederhana seperti kentang dan singkong.
Lomba Asyura yang diikuti perwakilan ibu rumah tangga dari perbedaan 21 RT ini menarik sejumlah tokoh masyarkat maju calon legislatif Pemilu 2009. Hadir yang mengikuti lelang diantaranya Sudarno dari partai PDIP, Suriansyah , Umar Dani dan Siti Qomariah dari partai PAN. Mereka dengan ikhlas memberikan sumbangan lelang sejumlah uang untuk digunakan kembali kegiatan sosial dan keagamaan. (m20)

Kamis, 15 Januari 2009

TNK Terancam Pendatang "Pemilu 2009"



SAMARINDA, TRIBUN - Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009 Presiden RI dan calon legislatif pemerintahan membuat Taman Nasional Kutai (TNK) seluas 198 ribu hektar kembali terancam dengan pemukiman dan perambahan baru diperkirakan bakal meningkat.
Berdasarkan data dari kartu keluarga (KK) Kecamatan Teluk Pandan dan Sangatta Selatan Kutai Timur tahun 2007 jumlah KK berdasarkan tahun kedatangan mengalami peningkatan tajam di tahun gelar Pemilu seperti halnya periode lalu tahun 2004.
Jumlah KK berdasar kedatangan tahun mencapai 350 KK. Angka tersebut mengalami penurunan setiap tahunnya pada tahun 2005 berjumlah 300 KK lebih, tahun 2006 mencapai 200 lebih KK dan 2007 lebih kecil lagi sekitar 50 KK.
Hal itu diungkap Tandaya Cahyana, Kepala TNK dalam lokakarya penguatan upaya pengelolaan kawasan pelestarian alam (KPA) di kalimantan Timur kajian kasus taman nasional kutai dan bukit soeharto di gedung PPHT Fahutan Unumul Samarinda, Kamis (16/1).
"Pendatang lebih banyak bermukim dan merambah pada tahun diselenggarakannya Pemilu. Saya tidak tahu pasti bagaiamana, apakah ada hubungannya atau tidak hubungannya jumlah KK pendatang dengan Pemilu," kata Tandjaya, Kepala Pengelolaan TNK dihadapan peserta seminar.
Menurut Tandjaya, Pada periode 1999 hingga sekarang TNK menghadapi masalah kepentingan oknum atau kelompok tertentu berpolitik dengan dalih ekonomi. Misalnnya saja pembentukan desa dan kecamatan, Sapras serta pemukiman dan perambahan baru.
Taman Nasional Kutai warisan kerjaan kutai kini kondisinya dipastikan hanya 75 persen masih berupa hutan primer dan skunder. TNK sedang menghadapi permasalahan terjadinya ilegal logging dan perambahan. Akibatnya, diperkirakan negara menderita kerugian 3,6 miliar per tahun. Nilai tersebut hanya dari nilai ekonoms kayunya saja. "Belum dihitung hilangnya kekayaan hayati dan satwa didalamnya," kata Tandjaya.
Diketahui bersama, Gubernur Kalimantan Timur Awang Fahroek Ishak membuka lokakarya penguatan upaya pengelolaan kawasan pelestarian alam (KPA) di kalimantan Timur kajian kasus taman nasional kutai dan bukit soeharto di gedung PPHT Fahutan Unumul Samarinda, Kamis (16/1).
Lokakarya dimulai dengan presentasi dari pembicara Direktur KK, Ditjen KK Dephut RI, Kepala Pengelola TNK, Kepala pengelolaan HPPBS Unmul dan Kepala UPTD Dinas Kehutanan Prov Kaltim.
Terpisah, Semadi dari Ditjen PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) Dephut menjelaskan penyelesaian masalah perambahan dalam TNK, Menhut memberi tiga alternatif solusi yang diajukan yakni penerapan zona khusus, pemindahan masyarakat dan perubahan peruntukan.
"Penerepan solusi ini masih dikaji lagi dengan menurunkan tim yang dibentuk dari unsur Dephut, Perguruan tinggi, LIPI dan ESDM yang berdasarkan keputusan Menhut," kata Semadi. Selain menghadapi perambahan hutan, persoalan TNK menjadi kompleks dengan banyaknya kepentingan dan permsalahan yang ada.
Pemangku kepentingan TNK diantaranya meliputi Balai TNK, Pemda, Penduduk, Polisi, Jaksa, Hakim, Perguruan Tinggi, Mitra TNK, LSM Lokal atau KSM, PHKA, Baplan (Badan Planologi) dan Departemen Pertambangan dan Energi. (m20)

Selasa, 13 Januari 2009

Masih Muda Cari Tempat yang Lebih Baik



Kerjaan Selesai. Waktunya bisa bernafas. Yah, itu sudah dimaklumi kerja di media mana pun. "Kerja baru selesai kalau sampai beritanya naik," kata Ami menimpali kesetujuannya. Selain Ami, ada juga Tri. Mereka berdua ngobrol dan saya ikut disitu.

Kenapa ada beban atau mungkin tanggung jawab lah dalam pekerjaan terasa di otak dan seluruh otot. Semua terasa saat satu hari berada di lapangan meliput. Kejadian yang menonjol yang perlu diketahui khalayak harus direcord kemudian diberitakan. Saya wartawan dan Ami memegang fotografer cukup ada perbedaan tugasnya namun tetap satu institusi.

Lain lagi, Tri berkutat pada IT. Tanpa IT, berita saya dan foto Ami bahkan seluruh aktifitas kantor biro Samarinda ke Balikpapan akan stop. Masing-masing rupanya cukup sulit bekerja bila tanpa ada kerjasama yang baik dan profesionalitas.

Satu lagi yang agak, perlu, kayaknya paling penting adalah bukan hal lain yaitu alat kerja penunjang. Hal yang ini sangat mungkin menjadi keluhan semua orang. Tidak hanya di lingkungan kerja saya tapi tempat yang lain juga. Fasilitas kerja menunjang juga tidak berjalan dengan kinerja bagian lainnya baik itu di dapur redaksi dan lainnya.

"Ya harus ada fasilitas dong kalau mau maju. Tapi kendala tahu aja kan," kata Tri. Lantas Ami juga yang terpancing menambahkan hal senada. "Kamu min selagi muda, cari tempat lebih baik kalau ada," katanya. Ia berkata itu pertimbangan status bekerja baru hitungan bulan. Ku pikir ini ada hikmah semuanya.

"Saya terus terang prioritas meningkatkan kompetensi dan kemampuan. Kalau ada itu semua gampang," kata ku. Kembali lagi soal bekerja, satu aspek yang paling menetukan suasana kerja adalah kepemimpinan. Wah, kalau yang satu ini sangat rawan dibicarakan. Alasannya, kami bertiga sudah posisi paling bawah "tidak ada bawahan" lagi di posisi kami.

"Tiap pemimpin berganti berbeda karakternya. Ada yang lembut dan ada juga kasar. Ada juga memakai like and dislike. Juga ada pendekatannya sangat hebat sama siapapun. Tinggal tergantung siapa dia," kata Ami.

Terbangun dari Tidur Setelah Mendengar Teriak "Tolong"



Ramppa terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara teriakan minta tolong berkali-kali, sekitar pukul 04.00, Minggu (11/1). Di dalam kapal berlayar tengah lautan, ia melihat sekelilingnya. Sebagian penumpang tertidur. "Ada pula anak-anak menangis," kata Ramppa bersaksi. Sementara, air laut mulai masuk ke dalam kapal yang miring ke sebelah kiri.
Kapal sedang membawa 250 penumpang dan barang sembako berlayar melintas di perairan Baturoro, Majene Sulbar. Kapal sangat kecil dibanding luasnya laut dan tingginya gelombang, membuatnya oleng. Keadaan kapal miring ke sebelah kiri setelah gelombang laut besar menghantam.
"Saya lari ke sebelah kanan kapal," kata Ramppa. Ramppa penumpang tujuan Samarinda ini lalu membawa badannya berbalik arah menentang arah kapal yang mulai terbalik. Kapal miring ke sebelah kiri, Ramppa dengan cekatan berlari keluar dari kapal sebelah kanan. Ia nekat meloncat ke laut. Keadaan yang dilihatnya tak mungkin bertahan.
"Saya loncat dari kapal dan berenang," kata Ramppa sedang diinfus di Ruang Dahlia RSU AW Wahab Syahranie, Rabu (13/1). Di saat gelap kapal sudah tenggelam, Ramppa kemudian berenang mengambil apa saja yang bisa jadi pegangan. Ia menemukan buah tandan pisang asal dari kapal Teratai Prima 0 yang tenggelam. Ia berpegangan pada buah itu dan mengapung di atas air laut.
Korban selamat ini mencoba tak panik dan berusaha tenang. Ia pun meyakinkan dirinya akan ditemukan nelayan atau kapal yang berlayar. Menunggu itu, Ramppa baru pertama kali ke Kalimantan mengandalkan hujan untuk minum di laut.
Berada di tengah lautan sekitar jarak 5 mil dari daratan, Ramppa menemukan bagang atau rakit bambu yang dibuat nelayan untuk tanda wilayahnya. Korban kemudian berpegangan dengan rakit yang diikat. Tak ada nelayan yang melihatnya. Ia pun berpikir keras untuk menyelamatkan jiwanya.
"Saya lepas tali rakit supaya saya bisa dibawa gelombang ke darat," kata Ramppa. Usaha Ramppa rupanya menjadi bomerang. Posisi terapung dirinya malah ke tengah lautan. Harapan ditemukan nelayan juga pupus.
Rampa tak putus asa, ia mulai bertahan dengan memegang tandan buuah pisang yang menyelamatkannya pertama kali. Memasuki hari kedua, keberuntungan mulai menghampirinya. Pagi hari itu sebuah kapal barang memuat 319 ekor sapi melintas perairan bagian selatan Majene.
Pria asal Pinrang ini lantas melambaikan tangannya. Kondisi dirinya hari itu sudah kritis dan lemas. Ia cuma mengenakan celana dalam. Bagian kedua kakinya juga sedang terluka. Usahanya tidak sia-sia. Tiga nakhoda kapal Citra Milenium melihatnya.
"Saya berpegangan terus dengan tandan pisang. Badan saya lemas saat itu," kata Ramppa. Ia pun mulai dievakuasi. Berbekal tali dan pelampung, tubuh Ramppa ditarik dari permukaan laut ke atas kapal.
Bantuan obat dan makanan diberikan kepada Ramppa. Dirinya mulai bisa istirahat sambil menunggu tiba di Samarinda. Nakhoda kapal, Nurdin Said mengatakan pihaknya sudah menerima informasi dari kantor Adpel Pare-Pare bahwa ada korban kapal tenggelam. Untuk itu ia telah bersiap mnemukan korban Ramppa. "Memang ada informasi saya dengar untuk menolong melihat setiap korban kapal tenggelam," katanya
Ramppa seorang petani memiliki istri di kampung halamannya, Pinrang. Ia datang ke Samarinda untuk menerima tawaran pekerjaan di bidang pengeboran minyak di wilayah Kaltim. Korban selama di rumah sakit dijenguk keluarganya. (m20)

Senin, 12 Januari 2009

Malam Futsal dan Banyolan




Jam dinding tergantung di tiang kantor saya menunjuka pukul 22.05, Senin (12/1). Waktu yang cukup bagi saya melihat teman-teman main Futsal. Adit mengirim pesan singkat sebelumnya "Siap2 maen Futsal jam 10" masuk ke dalam kotak masuk pesan HP ku.
Bergegas ku beresin laptop ku yang terpasang kabel jaringan kantor dan power batrei. Di kantor tinggal redaktur ku sedang santai.Wartawan lainnya tidak kelihatan sudah pulang lebih dahulu. Absen, nyalakan motor kegelapan malam dan terangnya lampu jalan serta kota ku terobos.
Tiba di belatuk, tempat main Futsal. Ku lihat sudah ada teman-teman bermain. Saya beli rokok dan minnuman dingin Milo. Pikirku minuman susu lumayan untuk menambah gizi badanku yang kurus kering ini. "Gak maen kah, ayo," kata Adit melihat ku duduk di Cafe Centro bagian depan lapangan Futsal. Yang lainnya pun mengajak dengan sapaan sama.
Sampai disini tak ada yang menghibur buatku. Tepat pukul 23.00, suara tiupan pluit terdengar bertanda waktu main Futsal habis. Semua kelelahan dan berkeringat, mereka bermain menyepak bola malam itu puas dengan olahraga sehat dan menghibur. Pola permainan semakin terasah dengan naluri kaki mengiring dan mengumpan bola. Sampai yang ditunggu berakhir "Gol".
Asri, mahasiswa belum lulus mengajak semua rekan angkatan 2002 sosek ke rumah Ipul. Rumah yang terletak di Jalan Pramuka Gang Kuburan. Disitulah jadi langganan bercanda gila dan ria. Aksi Sapto dan Yudi meluncur kata-kata membuatku geli.
Semua tertawa. Apalagi ada bayolan Asri. Sang Hitman System dan Pewe (Pecinta Wanita). Ia sesekali menunjukan contoh yang sangat hebat dan ampuh menyenangkan wanita. Seperti halnya memegang tangan kaum hawa sambil bermain. Mungkin tidak baik diteruskan disini.
Tak lama, datang Ipul selaku tuan rumah menyuguhkan air dan es batu. Banyolan demi banyolan dilancarkan. Saya pun ikut tertawa. Tingkah Sapto tak ada yang bisa menahan untuk saling mengerjain. Fadli, ditangannya air minum dipercikan ke tangan Sapto. Sontak, tingkah Sapto menanggapi dengan tetap mengolok yang menurutku aneh dan lucu.
Tawa demi tawa dan kelucuan terjadi terus. Sapto, siapa yang tak mengira ia berpenampilan pria jalanan dan jauh kesan orang alim ternyata menyembunyikan kisah asmara yang romantis. Yudi rupanya geram dan gemas melihat sms di dalam Hpnya. "Iya nih, smsnya sama pacarnya pake Abi dan Umi minta maaf," kata Yudi memegang kepala Sapto yang berpotong rambut trendy. Di tengah canda dan rilex, suasana ini menghiburku.

Tetap Kamu yang Salah....

Siang hari bagiku di Mapoltabes Samarinda, Senin (12/1) itu panas cukup asyik berlamun ria. Saya memang senang menyelami pikiran yang liar atau mengkhayal tak karuan. Tapi itu candu dan saya makin asyik saja duduk di bangku panjang cat minyak coklat bersih di depan ruang Kanit Tipiter Reskrim.

Kelamunan ku pecah. Rekan wartawan televisi menegurku. "Nggak cari berita kah, jangan main kutip saja berita itu kasihan media mu," katanya menghadapkan wajahnya. Saya pun memperbaiki posisi badan menjawab. "Iya nih mau ke Pelabuhan Samarinda," kataku menjawab pertanyaan pertama.

Pembicaraan rupanya semakin meninggi. Saya sebagai wartawan, dikritik. "Kamu kemarin salah dengan bu Nana (jubir RSU) tidak konfirmasi langsung. Ya kan," katanya. Saya pun terkejut mendengarnya. Rekan wartawan ini semakin ingin menjelaskan duduk persoalan.

Saya mencoba tenang dengan walau hati sudah emosi. "seharusnya kalau konfirmasi langsung saja telepon. Kan dia nggak tahu kamu dari Tribun menelponnya," katanya dia yang semakin ku benci. Apakah dia tahu kejadian sebenarnya, pikirku.

Tapi saya mencoba mendalami dengan bertanya balik. "Ada ketemu bu Nana kah?." tanyaku. Rekan wartawan memegang kamera dan tripiod itu menjawab memang telah ketemu. "Ada bu Nana bilang dihadapan wartawan katanya dia nggak mau lagi wawancara lewat telepon," kata wartawan rekan yang mulai saya lagi benci ini.

Rekan wartawan ini lalu menjawab kepada Bu Nana bahwa dirinya tidak mungkin mengangkat berita ke media karena harus ada gambar. "Sampai menangis darah bu, berita saya tidak mungkin diangkat karena perlu visual," jelasnya yang ku anggap semakin tak solidaritas sesama wartawan. Dia sudah memojokan.

Saya pun mulai berani dan mennjelaskan persoalan dengan alibi saya. Dengan santun dan beretika saya mulai mengeluarkan penjelasan. "Gini ini mungkin benar atau salah ya. Sebenarnya," kataku yang langsung dipotongnya.

"Tetap kamu salah," katanya kali ini mengejutkan ku. Rekan yang ku anggap ini mulai kurang bersimpati. "Saya tahu kamu ada kan waktu Sau (inisial) wartawan web site digital lagi wawancara. Suaranya di loud speaker terus kamu dengar kan," katanya

Kronologis itu semakin memojokan. Dalam hati, saya pun sudah mengerti posisi saya dan dia sebagai rekan wartawan bagaimana dia mengambil posisi terhadap persoalan ini. Menurut saya, dia telah berbuat menghakimi.

Saya pun terakhir membalas kata-kata penjelasan. "Bahwa wawancara bersama saya dan rekan saya media cetak telah konfirmasi dengan pembicara wartawan web site digital agar mengkonfirmasi bersama dan telah menyebutkan dua media saya," kataku terakhir untuk tidak berdebat panjang.

Rekan wartawan yang mulai ku tak suka ini pun tetap membalas kata-kata saya. "Sau tak pernah ngomong," katanya semakin meyakinkan. Ini sudah menjadi pelajaran saya diceramahi satu rekan saya yang sangat sok tahu ini.

Saya merasa tak terima perlakuan ini diam dan menunggu rekan saya wartawan media cetak di dalam ruangan. Tak berselang lama, saya membagi gundah ini kepada rekan satu nasib atas persoalan ini.

Rekan senasib saya ini berpikir strategis dan egois bahwa ini benar. "Memang disini wartawan saling merasa benar dan paling hebat. Saya juga dibegitukan, tapi saya buktikan saya bisa. akhirnya dia juga bilang coba kasih tahu yang tua ini," katanya.

Meski diantara wartawan terjadi persoalan yang tak bisa kompak dan saling percaya. Rekan media cetak senasib saya ini hanya percaya dua wartawan dianggapnya masih bagus dan jadi panutan. "Kalau bang Am baik dan pendiam. Aku percaya sama dia. Tapi lainnya tidak. Semua saling meninggalkan kalau ada masalah," katanya. (Ini hanya fiktif jangan dimasukan dalam hati cuma kekesalan di dadaku)

Kapolda Kunjungi Posko Korban Teratai Prima



* Poltabes Periksa Pemilik Kapal
SAMARINDA, TRIBUN - Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Kaltim Irjen Pol Andi Masmiyat mengunjungi Posko Pendataan Korban KM Teratai Prima "0" di Kantor KPPP (Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan) Samarinda sekitar pukul 12.00, Senin (12/1).
Dalam kunjungan itu, Kapolda bertemu dengan sejumlah sanak keluarga korban kapal tenggelam. Ia menyampaikan agar keluarga korban tetap tenang dan bersabar menunggu perkembangan informasi dari musibah kapal tenggelam.
"Mari kita mendoakan saudara-saudara kita apapun keadaannya kita terima dengan ikhlas. Kita sudah membentuk posko agar keluarga memberi informasi kepada polisi dan juga sebaliknya keluarga bisa mengikuti informasi yang ada diposko," kata Andi Masmiyat.
Dikatakan pula, kini anggota kepolisian Poltabes Samarinda bersama pihak perusahaan pemilik kapal sedang menuju lokasi kejadian Majene Sulawesi Barat. Tim ini bertugas mengumpulkan perkembangan informasi untuk disampaikan ke posko keluarga korban.
Terpisah, Kapoltabes Samarinda Kombes Pol A Kamil Razak mengatakan pihaknya telah memanggil pemilik kapal yang tenggelam Teratai Prima "0", Muhamadong untuk dimintai keterangan.
"Kami sudah panggil pemilik kapal untuk dimintai keterangan sejak tadi subuh," katanya.
Keterangan dari pemilik kapal ini untuk menghimpun informasi kapal yang tenggelam di perairan Majene Sulawesi Barat. Informasi dari pemilik kapal ini untuk dikirimkan kepada pihak menangani kejadian yang merenggut ratusan nyawa yang meninggal.
Setiap kejadian peristiwa kecelakaan maupun bencana dilakukan evaluasi dan penyelidikan oleh polisi. Hal ini ditegaskan oleh Kapolda Kaltim untuk menunjuk Poltabes Samarinda menangani kejadian ini sesuai wilayah hukumnya.
"Penyelidikan pasti dilakukan setiap kejadian kecelakaan atau bencana apalagi ada korban meninggal. Tetapi saat ini tidak tepat kita membicarakan tersangka dan penyidikan. Tugas utama kita sekarang untuk menyelamatkan dan menemukan korban. Apakah masih hidup maupun meninggal," kata Andi Masmiyat.
Sementara itu, keluarga korban penumpang kapal tenggelam terus silih berganti berdatangan di posko. Mereka yang belum melapor memberi keterangan terlebih dahulu di posko yang dibuka di KPPP Samarinda.
Data sementara menyebutkan 154 korban dilaporkan hilang dengan 24 orang sebagai pelapor. Korban yang selamat hingga pukul 17.00 kemarin bertambah tiga orang yang sebelumnya 20 orang ditemukan selamat. "Tiga orang diselematkan oleh nelayan dan satu orang diselamatkan oleh awak kapal Citra Mileanium," kata Kepala KPPP Samarinda AKP Handoko.
Daftar manfies atau data jumlah penumpang kapal Teratai Prima yang diterima KPPP Samarinda berjumlah 250 orang. Jumlah itu cukup besar dibanding seharusnya penumpang berjumlah 200 orang saja.
Poltabes Samarinda Bantu Polres Pare-Pare


Kasat Reskrim Poltabes Samarinda Kompol Yusep Gunawan mengatakan pihaknya telah memeriksa pemilik kapal Teratai Prima yang tenggelam di perairan Majene Sulawesi Barat, Minggu lalu (11/1). Kapal dimiliki atas nama Muhammad Dong datang ke Mapoltabes kemarin pukul 08.00 untuk diperiksa seputar kepemilikan kapal.
"Kapal Teratai Prima milik Muhammad Dong yang dibeli dari Haji Saraping. Untuk kondisi kapalnya apakah masih baik yang menentukan itu ahlinya," kataYusep.
Pemeriksaan ini untuk tindak lanjut koordinasi dengan Polres Pare-Pare yang menangani perkara tenggelamnya kapal berangkat dari Pelabuhan Pare-Pare. Hingga kemarin, Yusep mengaku pemilik kapal sangat kooperatif kepada polisi untuk menangani tenggelamnya kapal.
"Kita juga terus berkoordinasi dengan Polres Pare-Pare untuk selanjutnya. Apakah ada hal-hal yang perlu dibantu kepemilikan kapal di Samarinda," kata Yusep. Poltabes Samarinda kini terus melakukan komunikasi untuk membantu Polres Pare-Pare melakukan penyelidikan tenggelamnya kapal Teratai Prima. (m20)

Minggu, 11 Januari 2009

Adik Saya Bilang Kapalnya Bersih...


Adik Saya Bilang Kapalnya Bersih...

Dengan mengendarai sepeda motor, Darmawati (40) diantar saudaranya meluncur menuju Pelabuhan Samarinda, Minggu (11/1) pukul 17.00 Wita. Begitu sampai di pelabuhan, ia lantas berlari menghampiri suaminya, Abdul Latif, yang lebih dulu datang ke pelabuhan. Beberapa jam lalu, ia mendapat berita dari siaran televisi bahwa KM Teratai Prima yang berlayar dari Pare-pare, Sulawesi Selatan tujuan Samarinda tenggelam di perairan Majene, Baturoro. Dadanya mendadak terasa sakit, karena di dalam kapal itu, ada dua orang yang ia cintai yaitu adik ipar dan mertuanya.

Darmawati menemukan suaminya tengah terduduk di tangga sebuah kapal dengan mata merah dan wajah yang tampak lelah. Ia bertanya pada suaminya, tentang kebenaran berita tenggelamnya kapal KM Teratai Prima.
"Iya, berita itu benar. Ini banyak juga orang yang ingin mencari kepastian juga," kata Latif dengan suara lemas.
Mendengar itu, Darmawati langsung histeris. Ia membiarkan tubuhnya terjatuh di atas aspal kotor halaman parkir Pelabuhan Samarinda. Kedua kakinya serasa tak kuat menyangga tubuhnya yang limbung. Bayangan wajah adik iparnya, Rabaisya alias Ica (24) dan ibu mertuanya, Nasang (80), muncul silih berganti.
"Berapa jumlah penumpangnya?" tanya Wati dengan wajah panik. Saat dijelaskan bahwa jumlah penumpang sekitar 200 orang dan yang ditemukan selamat hanya 18 orang, Darmawati kembali terjatuh dan menjejak-jejakkan kakinya ke aspal.
Para wartawan yang sedang meliput berita langsung berdatangan mendekat. Suaminya segera memegang tangan Darmawati dan berusaha menghibur.
"Saya yang panggil mereka ke sini. Saya yang bersalah. Saya menyesal. Seharusnya mereka masih hidup kalau saya tak panggil mereka kesini," ujar Darwamati berulang-ulang.
Sekitar seminggu lalu, ia menelepon adik dan mertuanya yang berada di Sulawesi. Darmawati meminta tolong agar mereka datang ke Samarinda, karena dirinya sudah mulai sibuk dengan pekerjaan. Sebagai Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sobirin Samarinda Seberang, Darmawati mengaku kerepotan mengurus empat orang anak sementara tugasnya sebagai kepala sekolah cukup menyita waktu.
Ia lantas mengirim uang untuk membeli tiket kepada adiknya. Namun, ia sempat terkejut saat mendengar kabar bahwa kapal yang dipilih adalah KM Teratai Prima.
"Saat naik kapal, adik saya sempat menelepon dan menceritakan dia sudah berada di atas kapal. Dia bilang kapalnya bersih kok. Saya tak menyangka, itu terakhir kali kami bisa berkomunikasi. Sampai sekarang ponselnya tidak bisa dihubungi," ujarnya..
Namun, kini ia mulai belajar untuk pasrah. Seandainya benar adik ipar dan ibu mertuanya jadi korban, Darmawati akan melepasnya dengan ikhlas.
"Kalau benar mereka jadi korban, saya Insya Allah akan berangkat ke Sulawesi bersama suami, saya ingin bertemu dengan keluarga dan meminta maaf," ujarnya.
Namun, Darmawati jadi teringat cerita anak pertamanya, Santi (19) yang masih kuliah di Fakultas Farmasi Unmul. Santi bermimpi pada hari Rabu (7/11) didatangi oleh orang tua. Dalam mimpinya, orang tua tersebut menyuruh Santi meminta maaf pada ibunya.
"Santi juga melihat ada banjir tapi setelah itu semua mimpinya lenyap. Sejak itu anak saya berpuasa, sampai hari ini pun dia masih berpuasa. Kasihan kalau melihat dia, saat mendengar berita tante dan neneknya tenggelam bersama kapal yang ditumpangi, anak saya jadi sering melamun. Sebenarnya dia banyak mimpinya, tapi dia nggak mau cerita semua. Dia cuma memendam dalam hati saja. (m20/fix)

Ada fotonya:
Darmawati, kepala sekolah MI Sobirin di Samarinda Seberang, terduduk lunglai di halaman Pelabuhan Samarinda, saat mendengar

Jumat, 09 Januari 2009

Transaksi Narkoba di Depan Mal


* Dua penjual sabu-sabu dan ekstasi ditangkap
SAMARINDA, TRIBUN - Satuan Reserse Narkoba (Reskoba) Poltabes Samarinda menangkap dua warga Jalan Tenggiri yaitu Faturrahman (22) tinggal di Gang Keluarga dan Musdar (23) warga Gang Damai yang diduga ingin menjual narkoba jenis sabu-sabu dan pil ekstasi . Mereka ditangkap di kawasan Mal Jalan Mulawarman Samarinda, Rabu (7/1) sekitar pukul 16.00 ketika sedang menunggu pelanggan membeli barang haram dagangannya.
"Informasi dari masyarakat kita peroleh ada daerah atau tempat sering menjadi ajang transaksi narkoba. Info ini lalu kita tindak lanjuti dengan penyelidikan. Ternyata benar, dua pengedar narkoba yang hendak transaksi langsung kita tangkap dan polisi menemukan sabu-sabu dan pil ekstasi," kata Kapoltabes Samarinda Kombes Pol A Kamil Razak didampingi Kasat Reskoba AKP Nandang Mumin wijaya, Jumat (9/1).
Barang bukti yang diamankan empat butir pil ekstasi berwarna kuning dan satu poket sabu-sabu seberat hampir 1 gram. Narkoba tersebut menurut Musdar lelaki lulusan SMP ini diperoleh dari bandar bernama Darmi. Barang dikirim ke rumah tersangka. Bila ada yang memesan pil ekstasi dan sabu-sabu, dua rekan sejoli ini mengantarkannya ke tempat setujui untuk transaksi.
"Kami dijebak mas, saya cuma kurir mengantarkan barang. Sore itu (kejadian penangkapan) saya ada ditelepon seseorang untuk mengantarkan yang punya barang. Saya disuruh tunggu di depan Ramayana (Mal). Disitu saya menunggu setengah jam. Akhirnya saya ditangkap petugas," kata Musdar mengenakan songkok di ruang periksa Satnarkoba.
Meski mengaku sebagai kurir, Musdar mengaku sudah menjalankan bisnis ilegalnya ini setahun yang lalu. Keuntungan diperolehya Rp 50 ribu setiap kali transaksi. Hal ini juga diiyakan rekannya yang sama-sama tertangkap, Fatur.
Menurut Nandang, dua tersangka ini diyakini sudah menjadi penjual narkoba dengan pengalaman satu tahun transaksi jual beli ekstasi atau sabu-sabu. Peredaran barang candu ini memang berjenjang dengan ada pembuat pabrik besarnya, distributor, bandar besar, pengedar hingga kurir.
"Mereka ini penjual narkoba yang bisa menentukan harga nego dari jual beli sabu-sabu dan ekstasi. Ini sangat berbeda dengan kurir yang hanya mengantarkan barang tanpa ada transaksi negoisasi harga," kata Nandang.
Dijelaskan pula, transaksi narkoba saat ini dilakukan berbagai modus. Setiap peredaran narkoba dapat terjadi pada waktu kapan saja tidak harus malam hari dan tempat kawasan sepi. Tapi untuk mengelabui petugas, transaksi narkoba condong memilih tempat yang tidak tericum polisi. Seperti halnya kasus Musdar dan fatur memilih sore hari dengan tempat transaksi di keramaian fasilitas umum.
"Bila terbukti memiliki sabu-sabu dan pil ekstasi, tersangka akhirnya dikenakan pasal 62 Jo Pasal 59 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika dengan ancaman hukuman lima tahun penjara," kata Mumin. (m20)

Kamis, 08 Januari 2009

Pemabuk Pukul Pemimpin Majelis


* Polisi Amankan Satu Tersangka
SAMARINDA, TRIBUN - Zaman sekarang mungkin sudah edan !! sekitar pukul 21.30 kemarin (7/1) dua orang pemimpin majelis pengajian menjadi korban pemukulan oleh enam pemabuk di Jalan Pangeran Bendahara RT 23 Samarinda Seberang. Masalahnya sepele, diduga mobil ditumpangi korban menyerempet pemabuk.
Insiden ini tak langsung berkembang menjadi besar, Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Poltabes Samarinda sigap langsung menahan pelaku pemukulan. Tersangka yang diamankan bernama Agus warga Samarinda Seberang.
"Hasil penyelidikan sementara ada dua pelaku terlibat pemukulan. Satu tersangka Agus kami tangkap di rumahnya. Sedangkan satu pelaku lagi sedang dalam pengejaran," kata Kapoltabes Samarinda Kombes Pol A Kamil Razak didampingi Kasat Reskrim Kompol Yusep Gunawan.
Saat malam kejadian, telah berlangsung pengajian di rumah seorang warga. Tak jauh dari lokasi tersebut adapula enam pemuda yang sedang pesta minuman keras (miras). Layaknya aktifitas masing- masing berjalan lancar. Namun sebuah mobil Xenia hitam ditumpangi dua pemimpin majelis datang ke lokasi pengajian.
Entah apa terbesit dari kelompok pemuda mabuk ini. Emosi mereka tersulut ketika sebuah mobil melintas didepannya. Mereka mendekati kendaraan tersebut kemudian memukul-mukul bagian badan mobil. Tindakan sedikit mengancam ini pun ditanggapi oleh pengendara dalam mobil. "Habib Zein (korban) turun dari mobil. Beliau menanyakan ada apa sebenarnya kendaraannya dipukul-pukul," kata Marjohan, saksi mata ikut satu mobil dengan korban.
Tersangka Agus sedang mabuk berat lalu tanpa berpikir langsung menghajar korban. Mata sebelah kanan Zein terluka. Tak puas, pelaku semakin mengamuk dan ingin menghantam. Kali ini korban hanya bisa menghindar saja. Naasnya tersangka tersungkur ke tanah setelah pukulannya tidak mengena sasaran.
Melihat tersangka jatuh, rekan-rekan Agus lainnya berjumlah lima orang bangkit dari tempat duduknya di pinggir jalan. Mereka lalu menyerbu korban. Kejadian pemukulan ini yang begitu cepat lalu merembet ke lainnya. Korban berikutnya Ustad Abdullah dari Jakarta turun dari mobil. Ia ingin menenangkan suasana.
"Ustad coba turun dari mobil menenangkan suasana karena mungkin ada salah paham saja. Tapi beliau juga dipukul juga hingga berdarah. Bibirnya bengkak. Nah, peserta pengajian dari dalam rumah keluar untuk melihat keributan ini," kata Marjohan.
Terjadilah dua kubu berlawanan seperti siap berperang. Namun hal itu yang tidak diinginkan terjadi perkelahian besar. Rekan-rekan Agus membubarkan diri ketika peserta pengajian turun tangan membela pemimpinnya.
Sementara Agus yang sudah emosi tinggi sudah melepas bajunya mengurungkan niat untuk berbuat onar lagi. Ia diduga membawa sebilah samurai kembali ke rumahnya. Tak berselang lama, ia pun dijemput polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Tribun saat mengkonfirmasi, apakah tersangka membawa sajam. Kasat Reskrim menjawab masih belum menemukan barang bukti sajam yang dibawa tersangka. "Belum kami temukan apakah tersangka bawa sajam atau tidak. Yang jelas, Agus kami jerat pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara," kata Yusep.
Saat kejadian, Marjohan dan warga lainnya sangat meyakini tersangka dan rekan-rekannya sedang mabuk. Hal ini tercium dari bau alkohol minuman keras dari tersangka dan rekannya. Keadaan disekitar lokasi keributan juga masih ramai. Menurut warga setempat pelaku memang seringkali berbuat onar dengan mabuk-mabukan dan membawa senjata tajam (sajam). (m20)

Masyarkat Diharap Jangan Mudah Menjual Miras

Kapoltabes Samarinda Kombes Pol A Kamil Razak didampingi Kasat Reskrim Kompol Yusep Gunawan mengatakan peristiwa keributan berujung pemukulan korban hingga berdarah oleh tersangka Agus ini akibat budaya buruk masyarakat meminum minuman keras (miras). Dua korban pemukulan seorang pemimpin majelis atau pengajian sangat disayangkan.
"Masyarakat diharap jangan menjual miras sembarangan. Akibatnya fatal kalau ada warga yang membeli dan mengkonsumsinya. Keributan pemukulan dan tindakan kriminal lainnya disebabkan oleh miras. Bahkan tindakan pemerkosaan maupun pencabulan juga penyebabnya dari miras juga yang memabukan," kata Yusep.
Himbauan ini dikeluarkan Poltabes karena pihaknya belum berwenang lebih menindak para pelaku penjual dan pembeli miras di Samarinda secara maksimal. Polisi bertindak dalam batas adanya unsur tindakan pidana. Kewenangan untuk mengatur peredaran miras di hulu sepenuhnya ditangan Pemerintah Kota Samarinda eksekutif dan legislatif.
"Seseorang bisa saja lepas kontrol dan emosi berlebihan ketika sedang mabuk akibat meminum miras. Kondisi mabuk itu orang tidak sadar dan tidak bisa menggunakan akal sehatnya lagi sehingga mudah memicu tindakan kekerasan. Tersangka Agus sudah kami mintai keterangan dan untuk menguatkan penyidikan kami menunggu hasil visum bahwa pelaku tidak sadar akibat mabuk," kata Yusep.
Dalam penindakan, aparat penegak hukum hanya mengenakan tindakan pidana ringan (tipiring) berupa denda sejumlah uang. Padahal untuk tindakan tegas diperlukan sebuah payung hukum berupa peraturan resmi yang cukup kuat. Agar bisa diterapkan penegak hukum. (m20)

Al quran Tua Dipamerkan


* Kakanwil Depag Gelar Siap Gelar Pameran Mulai Hari Ini
SAMARINDA, TRIBUN - Sebuah Al Quran kitab suci agama Islam berumur seratus tahun lebih dipamerkan stand expo HUT Kaltim ke 52 yang jatuh pada hari ini di Kantor Kanwil Departemen Agama Jalan Abdul Hassan Samarinda.
Selain menampilkan kitab suci berumur tua, ada pula foto menggambarkan kemajemukan lima agama resmi dengan ada satu lagi agama yang baru masuk Konghucu dalam negara Indonesia dipajang. Foto lainnya yang dipasang berupa bangunan tua rumah peribadatan memiliki sejarah di Samarinda.
" Al Quran ini diselamatkan seorang Komandan Militer dari gejolak politik waktu itu tahun 1964. Kemudian kitab ini diserahkan ke suatu langgar sesuai dengan tulisan yang kami dapatkan petunjuk sebuah tulisan arab," kata Sofyan, staf Kakanwil Depag Kaltim, Kamis (8/1).
Berbeda dengan Al Quran sekarang yang banyak beredar dicetak mesin. Menurut petugas merawat kitab ini bahwa tulisan arab ayat-ayat suci ditulis dengan buah tangan seseorang. Kertas dari kitab suci ini juga berasal dari negara eropa Jerman.
Kemarin, terlihat huruf-huruf arab ayat suci surat Al-Kahfi. Al quran ini dilindungi oleh kaca. Pengunjung bisa melihat secara dekat dari luar kaca saja. Beberapa sampul kitab terlihat menyembul adanya kulit berwarna coklat hitam. Ketebalannya kitab ini sekitar 10 centimeter dimana ada coretan tinta pada bagian tumpukan lembar luar.
"Kami tidak mengetahui siapa penulis kitab suci ini. Juga dimana asal Al Quran tua ini diperoleh. Kami hanya mendapat petunjuk dari tulisan arab yang pendek sebagai satu-satunya informasi didapatkan. Setiap harinya Al Quran ini disimpan dalam Mushola Depag Al Mabrur," kata Sofyan.
Terjemahan tulisan arab itu "Pada malam Selasa Tanggal 11 Djulhijjah 1384 H bertepatan dengan 13 April 1964 M Quran Al Karim ini disiumbangkan Komandan Kodim pangkat Mayor untuk wakaf langgar Kampung Tanah Seribu".
Cukup banyak informasi diperoleh pengunjung bila mendatangi stand Kakanwil Depag. Panitia stand Kakanwil menampilkan buletin rutin Ikhlas dikeluarkan Depag Kaltim. Ada juga tabloid baru terbitan Minggu pertama Januari 2009 khusus pameran HUT Kaltim.
"Ya kami secara rutin menerbitkan media dari Depag Kaltim. Kalau tidak ada halangan pada hari ulang tahun Pemprov Kaltim Depag menggelar acara Rabbana budaya Indonesia dalam umat Islam dan Barong sai dari komunitas Cina," kata Sofyan.
Stand Kakanwil ini juga serasa lengkap dengan disediakan telvisi dan pemutar VCD Awafiq Azizah Muratal Juz Amma. Sofyan juga memperlihatkan sebuah karangan buku menampilkan masjid--masjid bersejarah di Kaltim.
"Diantaranya masjid Shiratal Mustaqim di Samarinda Seberang didirikan 1881 M. Ada masjid Imanuddin 1768 M di Berau. Dan ada juga masjid agung di Kutai Kartanegara dan belahan daerah pelosok di Kaltim. Lebih jelasnya bisa datang ke stand kami," kata Sofyan. (m20)

Jumat, 02 Januari 2009

KAMMI Kaltim Diingatkan Farid



* Empat Kesadaran Yang Harus Dibangun
SAMARINDA, TRIBUN - Pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) ke Enam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kaltim, Jumat (2/1) dibuka oleh Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy. Farid dalam sambutan pembukaannya mengingatkan organisasi tingkat mahasiswa dengan empat kesadaran.
"Ada empat kesadaran yang harus dibangun KAMMI Kaltim yaitu sadar sebagai agen perubahan, sadar komunitas potensial, sadar komunitas analitis dan kritis dan sadar organisasi berperan dan fungsi di masyarakat," kata Farid dihadapan peserta Musda.
Farid memberikan apreasi atas gagas acara ini dan menjadikan dirinya pemateri membahas Muslim Negarawan. Menurutnya, penting untuk mengtahui dan mengkaji Muslim Negarawan di masa depan.
"Tugas kita dua untuk membangun yaitu menjadi muslim juga menjadi negarawan. Negarawan adalah orang mementingkan negara diatas kepentingan lainnya. Sedangkan muslim adalah orang meyakini Islam sebagai petunjuk dan jawaban seluruh persoalan dunia dan akhirat. Islam sudah lengkap didalamnya tinggal kita mengkajinya lagi," kata Farid.
Selain menyinggung tema dibawanya Muslim Negarawan, Farid memahami semangat mahasiswa yang tinggi. Dalam kesempatan jarang itu, Farid menjelaskan kondisi perjalanan politik di Indonesia yang berimbas ke seluruh daerah terutama Kaltim. "Dalam konteks politik, kita melihat perubahan- perubahan mendasar," katanya. Perbuahan itu dimulai amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
Amendemen UUD negara Indonesia juga ditandai dengan adanya pemilihan langsung terhadap pucuk pimpinan pemerintah. "Kita mencatat pemilihan langsung merupakan kemajuan besar yang kita peroleh dengan sistem politik. Perubahan sistem politik itu kaitannya dengan pemilihan langsung pemimpin pemerintah dengan adanya harapan tinggi partisipasi masyarakat," kata Farid. Pemilihan langsung diharapkan adanya pemerintah bersih dan berwibawa dengan tingkat kepercayaan tinggi.
"Partisipasi masyarakat yang tinggi tidak hanya mencoblos namun juga partispasi masyarakat untuk berbicara persoalannya. Seperti keluhan jalan rusak dan banjir. Jadi saya sedang melaksanakan silaturahmi kepada para warga usai sholat Jumat untuk mendengar persoalan masyarakat," kata Farid.
Kemauan Farid itu, juga ingin menepis opini masyarakat yang menilai bila seseorang telah menjabat tinggi akan "lupa". "Saya pernah kunjungan di suatu tempat, warga banyak yang minta foto bersama dan salaman. Kemudian saya bilang nanti saja, mereka tetap memaksa saja alasannya takut kalau sudah jadi pejabat jadi sulit ketemu tidak ingat lagi," cerita Farid.
Opini di masyarakat itu tidak sepenuhnya disalahkan Farid. Ia menilai birokrasi dan adminitrasi pemerintah sering terlena dengan fasilitas mewah. Sehingga sulit untuk turun ke lapangan membangun dan melayani masyarakat.
"Ada warga desa di Samarinda, ia tinggal sudah lima puluh tahun namun tidak pernah pembangunan aspal di depan rumahnya terealisasi. Nah, inilah realita yang terjadi kalau pemerintah sudah terlena dengan fasilitas yang sudah terpenuhi," kata Farid. (m20)