Sabtu, 30 Oktober 2010

Inilah Luapan Emosi Pelatih Persema Timo Scheunemann

Timo membuka pembicaraan saat jumpa pers usai laga Persisam Putra Samarinda vs Persema Malang di Stadion Segiri, Minggu (3/10/2010).

Jadi begini, Saya ini warga Negara Jerman tapi saya lahir dan besar di Indonesia. Mungkin nggak tau ya, mungkin saya lebih menghargai Presiden (Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono) kalian, daripada orang-orang yang terlibat di stadion ini (Stadion Segiri). Amanat SBY, lima tahun ke depan kita jadi macan Asia. 5 tahun Asia ke 15 tahun depan Piala Dunia artinya lima tahun ke depan Piala Dunia. Kalau seperti ini terus, kalau seperti ini terus, camkan omongan saya. Bukan hanya U 16 kalah dari Timor Lorosae tapi juga yang senior juga kalah.

Ketika wartawan hendak bertanya. Timo tak ingin dipotong pembicarannya.

Tolong Jangan dipotong dulu. Saya masih hijau. Saya masih hijau makanya saya masih kena. Anda boleh tanya sama pelatih-pelatih semua di Indonesia. Itu Dikerjai dan mengerjai. Dan dibilang, kita sikat mata dengan mata. Mata balas mata, semua buta. Sepakbola boleh begitu, balas membalas dan balas membalas terus. Berpuluh-puluh tahun seperti begini. Indonesia itu dijajah Belanda karena kita bermusuhan sendiri. Baru butuh Soekarno yang menyatukan kita.

Timo melanjutkan penilaiannya wasit Aeng Suherlan memberi pinalti kepada Persisam.


Sekarang begini, peraturannya apa. Peraturan tadi malam diterangkan sendiri. Pertama, pinaltinya (pinalti karena Choi Dong Soo dilanggar) bukan pinalti. Jelas bukan pinalti. Ini ada live TV. Anda tinggal lihat saja. Di reply pelan-pelan.Yang mengerti bola pasti setuju dengan saya. Tapi lebih daripada itu, pinaltinya salah, tidak boleh berhenti. Peraturan dulu boleh berhenti tapi peraturan sekarang tidak boleh berhenti. Tadi malam diterangkan. Harusnya, J Lo dapat kartu kuning, pinalti diulang. Buat apa bikin peraturan. Dia (wasit) sendiri yang bikin peraturan tapi tidak ditepati. Anda boleh lihat semua. Bola cermin bangsa. Hukum kita nggak ditegakan di Indonesia.

Timo anggap dirinya sebagai pelatih yang kurang pengalaman


Maaf ya saya sedikit berkhotbah. Maklum, bapak saya Pendeta. Tapi itu betul. Saya ndak bisa ngomong apalagi. Saya nggak bisa begini karena saya berdoa tadi, betul. Saya berusaha menenangkan diri. Memang saya nggak berpengalaman, makanya saya seperti ini. Yang pengalaman pasti nggak seperti ini. Tapi apalah, kalau berpengelaman, apa ya, memang mungkin berkata beginilah sepakbola Indonesia.

Diakhir jumpa pers, Timo kritisi wasit agar memperhatikan amanat Presiden SBY


Jadi begini loh, Saya tu sangat mensuport produk Indonesia ya. Saya suport produk Indonesia Termasuk pelatih-pelatih di Indonesia. Tapi wasit Indonesia, tidak mengerti buat peraturan sendiri, jangan tersinggung ada wacana masukan wasit-wasit asing. Ini bukan masalah kalah dan menang. Nggak apa-apa saya legowo kalah, nggak masalah. Sepakbola biasa ada kalah dan menang. Cuman ini masalahnya lebih besar dari itu. Dan ini amanah dari Presiden sendiri. Harusnya dihargai Presiden itu ngomong apa. (min)