Sabtu, 13 Maret 2010

--Perjalanan Gubernur ke Wilayah Utara Kaltim (2)--

Wartawan Menginap di Bulungan Indah

Malam harinya, Perjalanan berlanjut, ke Bulungan, Tanjung Selor. Tiba pukul 20.00, rombongan wartawan berjumlah sekitar 17 orang terlantar. Hotel yang dipesan pihak Protokol Pemprov Kaltim untuk penginapan para wartawan, mengaku telah diisi para sopir pejabat.
Para wartawan akhirnya keliling kota Bulungan mencari penginapan yang saat itu sudah terisi penuh. Hingga, salah satu wartawan mendapat informasi bahwa penginapan Bulungan Indah masih terdapat tiga kamar. Setiap satu kamar diisi empat orang. Kemudian, sisanya beberapa wartawan menginap di rumah warga dan penginapan lainnya.  Rombongan berlanjut ke Desa Panca Agung, Tanjung Selor.
Disitu, Gubernur berdialog dengan petani dari transmigran pulau Jawa. Mereka menginginkan adanya irigasi percetakan sawah. Desa Panca Agung kini juga mengembangkan peternakan sapi dan manfaat bio gas sebagai sumber alternatif energi.
Esoknya, Kamis (5/3) lalu, dalam kunjungan kerjanya, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mendatangi langsung ke lokasi dibangunnya Jembatan Sungai Gita di Kecamatan Sebuku Nunukan. Jembatan itu begitu penting, karena dimungkinkan terbukanya jalan menuju Kecamatan Krayan yang berbatasan ke Malaysia. Dengan terbangun jalan dan jembatan Sungai Gita ke desa Paking maka membuka lagi jalan ke desa lainnya yaitu Long Bawan hingga Long Pasia di kecamatan Krayan.
Saat memantau jembatan, timbul sekelumit perbincangan kendala ditemui dilapangan pembangunan jalan. Diceritakan, awalnya, pemerintah membangun jalan dari desa Mensalong berdekatan dengan Malinau menuju ke Krayan. Namun rencana itu gagal karena daerahnya bergunung. Rencana dialihkan ke jalan telah terbangun pemerintah daerah kabupaten yakni Binuang ke Long Bawan yang kemudian dilanjutkan ke Long Midang berbatasan Malaysia.
Pembangunan jalan ke Long Midang, dinilai sia-sia karena tidak terhubung dengan jalan dari Malaysia. Parahnya, kesalahan pemerintah membuat jalan ke Suradong, perbatasan Malaysia karena negeri jiran tersebut tak setuju adanya akses keluar masuk ke desa Suradong di Malaysia. Hal itu dikhawatirkan banyaknya warga Indonesia seenaknya masuk ke Malaysia seperti terjadi saat ini di Pulau Sebatik.
Pemerintah disarankan, seharusnya kembali membangun jalan ke Long Pasia yang telah dituangkan dalam perjanjian RI dan Malaysia tahun 1965. Hal itu diamini oleh Danrem 091/ASN Kolonel Infanteri Musa Bangun yang mengetahui medan pengamanan wilayah perbatasan RI Malaysia.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengetahui ini, menekankan perlunya perencanaan yang disusun bersama instansi terkait tak terkecuali aspirasi dari masyarakat pengguna jalan. "Buat perencanan menyeluruh, undang semua terkait, Kubar diikutkan. Kita putuskan perencanaannya, baru kita cari uangnya," katanya. Ditengah perencanaan yang ingin disusun, Gubernur menekan target tahun 2010, jalan menuju Paking selesai. "Fokuskan dulu ke Paking, jangan seperti jembatan Abu Nawas," kata Awang sambil berseloroh.
Jembatan Abu Nawas dapat diartikan jembatan  itu tidak terpakai nantinya oleh masyarakat karena tidak sesuai keinginan dan kebutuhan. Bisa juga dimungkinkan, jembatan Abu Nawas merupakan jembatan tiba-tiba ada yang tak diketahui oleh jajaran pemerintah karena proyek kucuran langsung dari pemerintah pusat atau hibah luar negeri.
Jembatan Gita tidak ingin menjadi seperti jembatan Abu Nawas karena biaya cukup mahal. Jembatan menelan biaya Rp 1,5 Miliar untuk fondasi bawah lalu Rp 1,8 Miliar untuk lantai dan kontruksi lainnya bernasib beda dengan bangunan mangkrak gerbang selama jalan di Suradong yang sepi karena ditutup tanah jalan menuju desa Suradong di Malaysia. . Kemudian box culvert sebagai fondasi dari jembatan ke jalan kini dikerjakan menelan Rp 400 juta sudah teralokasi. Jembatan Paking berjarak 21 Kilometer dari Malinau. Dimana terdapat Sungai Gita merupakan objek wisata hari libur masyarakat Malinau mengunjungi air terjun dan material batu untuk bahan bangunan.
Pemprov Kaltim sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat RI memikul beban tugas yang sangat besar. Masyarakat pedalaman Kaltim berharap semua bisa tersentuh pembangunan yang menghubungkan desa mereka ke daerah luar.  hingga tak ada lagi Melalui APBN yang dikucurkan untuk pembangunan daerah, harus terealisasi dirasakan masyarakat. (min)

Tidak ada komentar: