Senin, 08 Desember 2008

Potong Hewan Qurban di RPH Agar Bersih dan Efesien


SAMARINDA, TRIBUN - Sebanyak 21 ekor sapi kurban disembelih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Tanah Merah Kecamatan Samarinda Utara, Senin (8/12). Sapi itu di antaranya 11 ekor dari Yayasan Masjid Raya Darussalam Samarinda sedangkan 10 ekor dari yayasan Al -Khairiyah, Kelurahan Pasar Pagi Samarinda. Dua yayasan itu memilih RPH untuk menjaga kebersihan dan efektifitas bekerja saat penyembelihan hewan kurban.
"Di RPH, alatnya sudah tersedia dan para tenaga penyembelihan sapi sangat terampil yang bisa dipekerjakan sehingga pemotongan hewan kurban cepat selesai dan dapat segera dagingnya dibagikan ke warga tidak mampu," ujar Ketua Yayasan Masjid Raya Darussalam, KH Saleh Nafsi.
Menurutnya, penyembelihan di halaman masjid dengan jumlah ekor sapi begitu banyak mengkhawatirkan akan mengotori halaman masjid dan borosnya tenaga pekerja. "Di masjid, banyak warga yang ingin membantu tapi tidak efektif karena daging harus dibagikan pekerja," kata Saleh.
Hal senada juga disampaikan Ketua Panitia kurban yayasan Al-Khairiyah, Hazmi. Ia mengatakan pihaknya telah lama menjalankan proses penyembelihan hewan kurban di RPH. "Kami sudah lima tahun melakukan pemotongan hewan kurban di sini (RPH) sedangkan tenaga pekerjanya dari anggota yayasan yang berprofesi pedagang daging di Pasar Pagi. Mereka sangat paham memotong, menguliti, dan membagikan daging.," katanya.
Pantauan Tribun, panitia dari masjid raya Darussalam memotong hewan qurbannya di ruangan tertutup dengan dibantu langganan para pekerja RPH. Sedangkan panitia dari keluarga besar Al Khairiyah memiliih ruangan terbuka. Ruangan pemotongan hewan terdiri tiang-tiang kayu kokoh terdiri semen di bagian bawahnya. Tiang itu untuk dimanfaatkan untuk pegangan tali menarik sapi yang akan direbahkan.
"Sapi harus direbahkan terlebih dahulu. Kedua kakinya diikat yang disambungkan ke tiang. Agar tak bergerak, kepalanya di tekan ke lantai untuk bisa disembelih. Sebelum disembelih dibacakan doa kemudian dipotong bagian lehernya hingga terpisah. Sapi kemudian dipotong empat bagian dan dikuliti. Ada dua timbangan dan pekerja memotong daging untuk dibagi secara rata dimasukan dalam setiap bungkusan," jelas Hazmi. (m20)

Panitia Pembagian Daging Qurban Kewalahan
* Hadapi Puluhan warga berdesakan antre di Seketariat Masjid Raya Darussalam
* Sebar 1300 bungkus isi daging
SAMARINDA, TRIBUN - Panitia pelaksana pembagian daging hewan qurban merasa kewalahan dengan banyaknya antrean warga yang berdesakan di pintu seketariat Masjid Raya Darussalam, Pasar Pagi, Samarinda, Senin (9/12). Antrean terjadi sejak pukul 10.00 sampai pukul 16.00 usai sholat Ashar.
Pantauan Tribun, setiap dibuka pintu seketariat dan panitia ingin membagi daging qurban. Spontan warga bergerak mengerubuti panitia. Pengantre terdiri laki-laki dan perempuan dewasa dan anak berdesakan tak menghiraukan himbauan untuk antre secara tertib. Bahkan diantara mereka ngos- ngosan seperti kehabisan napas. Maklum, penerima hewan qurban saling dorong-dorongan badan hingga terjepit.
"Mereka (yang berdesakan,red) sebenarnya takut tak kebagian, padahal panitia sudah menyiapkan bungkusan daging. Dari qurban kali ini Allhamdulillah mencapai 1300 bungkus daging. Setiap bungkusnya daging dibagi seberat lima Ons atau 0,5 kg dan kita bagikan secara merata," kata H Arnani, Seketaris Yayasan Masjid Raya Darussalam Samarinda.
Menurutnya, warga yang datang mengantre di Masjid Raya tak hanya dari lingkungan sekitar Citra Niaga dan Pasar Pagi saja namun ada juga dari luar daerah tersebut. Hal itulah membuat membludaknya warga antre. "Mereka sudah tahu setiap tahunnya ada pembagian di masjid ini, makanya datang terus kesini untuk mendapat jatah daging hewan quran," kata Arnani.
Pembagian daging hewan qurban oleh panitia memakai dua sistem, yakni sistem kupon dengan 5-10 bungkus setiap penerima dari lembaga seperti pengurus masjid, mushola, pondok pesantren dan sistem pembagian bungkusan secara langsung kepada warga tidak mampu yang mengantre di masjid.
"Kami sulit mas mau menerapkan pembagian daging hewan qurban semuanya memakai sistem kupon untuk mencegah warga tidak mengantre berdesakan. Kesulitannya mencocokan jumlah kupon yang panitia bagi sesuai dengan jumlah daging qurban tersedia. Kalau daging qurban dibagi ternyata kurang, bisa-bisa warga memegang kupon protes menuntut," kata Arnani.
Terpisah, salah seorang penerima daging qurban, Murdiah, 35, mengatakan ia bersama anaknya mengantre di masjid raya sejak pukul 10.00 pagi dan baru mendapatkan jatah daging qurban pukul 16.00. "Itu pun harus berdesakan dengan pengantre yang lainnya," katanya sambil menunjukan tangan dicap tinta dengan sedikit bekas luka gesekan.
Murdiah cukup beruntung mendapat jatah dari panitia pembagian daging qurban Masjid Raya. Hal itu tidak dengan beberapa warga yang putus asa dan pulang tanpa mendapat jatahnya mendapatkan berkah daging qurban. "Ada dua anak-anak tetangga saya datang kesini nggak dapat daging. Dia kecapekan terus pulang. Kasihan juga nggak dapat, mungkin nanti jatah suami saya saja diberikan ke mereka," katanya.
Masalah warga tidak mampu mendapat jatah daging qurban, panitia pelaksana menegaskan bahwa hal itu tak terjadi karena jatahnya sudah disiapkan dan tidak akan kehabisan. "Mereka pasti dapat jatahnya, karena sudah disiapkan panitia. Kami bekerja membagikan daging qurban sampai malam pukul 22.00, Senin (8/12). Kalau sampai ada pengantre yang tidak dapat jatah disebabkan rasa tidak sabar dan pulang meninggalkan antrean," kata Arnani. (m20/top)

Tidak ada komentar: