Minggu, 01 Februari 2009

Listrik Sangat Mendesak



SAMARINDA, TRIBUN - Perumahan Sungai Karang Mumus atau Perum SKM Jalan Damanhuri II masih menanti perhatian dari pemerintah daerah Kota Samarinda. Listrik sebagai kebutuhan paling penting sangat mendesak dipenuhi. Perumahan ini hanya dihuni sekitar 30 kepala keluarga yang tinggal.
Tidak adanya penerangan dari listrik, aktifitas malam hari jadi gelap gulita. Warga yang bertahan di perumahan tersebut terpaksa memakai lampu tembok berbahan bakar minyak tanah. Akibatnya, anak- anak yang sekolah tidak bisa belajar seperti halnya anak umumnya di Samarinda dengan penerangan cukup.
"Selvi tidak bisa belajar malam hari, karena tidak ada listrik. Belajar cuma bisa siang sampai sore hari. Kami berharap ada solusinya dari pemerintah," kata Tamrin, ayahnanda Selvi yang berasal dari lingkungan RT 09 Jalan Abdul Mutolib Samarinda Ilir.
Lain pula, Iwan (46) yang pindah sejak tahun 2007. Ia harus berpisah dengan anaknya karena sulitnya listrik penerangan pada malam hari. Kedua anaknya, Adelia duduk di SMK 20 N dan Hidayat bersekolah SD 003 terpaksa menumpang di rumah keluarganya di Jalan Aminah Syukur.
"Anak saya tidak mau tinggal di perumahan, karena sulit mau mengerjakan tugas rumah dari gurunya. Ya saya tidak mungkin lagi membujuk karena kenyataannya memang susah. Saya saja berubah pekerjaan dari sopir jadi tukang bangunan. Gara-gara terlambat masuk kerja yang jalannya rusak tidak bisa berangkat kerja tepat waktu," kata Iwan.
Thamrin dan Iwan merupakan warga yang mendiami rumah di pinggiran Sungai Karang Mumus. Mereka mendapat relokasi rumah di perumahan disediakan pemerintah kota Samarinda. Mereka juga mendapat ganti rugi bongkaran rumah Rp 7.175.000 per keluarga. Namun sejak dipindah, mereka tidak mendapat fasilitas sambungan air, listrik dan jalan yang baik dari pembangunan perumahan.
"Padahal sewaktu kami di pinggiran sungai masih lumayan. Biar kumuh, masih ada listrik dan air bersih.Tapi semenjak pindah ke perum SKM, kami sepertinya tak bisa berbuat apa-apa. Kami juga pernah berusaha cari solusi dengan patungan membuat jaringan listrik dari perkampungan sini, tapi gagal total. Karena dilarang petugas," kata Iwan.
Pada November 2008 lalu, warga sekitar berjumlah 30 orang mengumpulkan uang Rp 1,8 juta untuk membeli kabel sepanjang 200 meter. Kabel tersebut lalu disambungkan ke perkampungan Solong berada tak jauh dari lokasi. Namun itu tidak diperbolehkan karena bukan jalurnya dan tidak sesuai jalurnya dari petugas listrik.
"Kami pernah mencari sambungan listrikdari perkampungan atas saran dari orang yang kerja di instansi. Itu untuk sementara saja tapi tetap saja dilarang. Kalau saja ada listrik, pasti semua pemilik rumah dari relokasi eks SKM kembali menghuni disini. Tapi kalau belum tidak ada harapan perumahan ini ramai malah bisa hancur karena tidak ada yang mengurus," kata Iwan.
Pantauan Tribun, lokasi rumah sebesar 36 meter persegi tertulis di tiap sudut pintu depan nama pemiliknya. Mereka sengaja memberi nama dengan cat sederhana untuk menandakan ada penghuninya. Terlihat di dalam rumahnya hanya barang perabotan rumah tangga sederhana seperti kompor, mebel dan barang besi bekas. "Setiap rumah ada yang mengisi barang tapi pemiliknya menyewa di pusat kota. Mereka mengaku menyewa Rp 500 ribu per bulan," kata Iwan. (m20)


Warga Kerap Jatuh di Lumpur

Jalan Damanhuri II akses menuju Perumahan Sungai Karang Mumus (Perum SKM) terus mengalami kerusakan hingga banyak kubangan lumpur Akibatnya, banyak pengendara warga eks karang mumus mendiami perumahan mengalami kecelakaan. Mereka kerap jatuh dari sepeda motor masuk ke dalam tanah lumpur.
"Warga sini sudah tidak terhitung jatuh dari motor kalau mau pulang atau pergi ke rumah. Jalannya rusak parah, lumpurnya sangat dalam. Kami untungnya sesekali dibantu alat berat dari perumahan sebelah dengan eksavator membuang lumpur. Tapi tetap saja ada yang jatuh, apalagi malam hari. Pokoknya sedih tinggal disini," kata Tris.
Korban salah satunya, Rani kelas 2 SMA 4 Negeri, anak dari Tris mengalami sakit seminggu lebih akibat kakinya terkilir dan nyeri hingga sulit berjalan. Sakit itu disebabkan jatuh dari sepeda motor yang ditumpanginya melintas jalan Damanhuri II. "Saya jatuh karena sudah tidak kuat menahan motor yang mau jatuh. Jadi saya jatuh dengan kaki terkilir," kata Rani mendampingi ayahnya.
Kerusakan jalan diduga adanya aktifitas dari pengangkut truk pasir yang mengambil material tanah di galian bukit. Beberapa truk kerap melintas di jalan Damanhuri II hingga masuk ke perumahan. Sementara, usaha membuat portal dan memberi tanda larangan untuk melintas saat hujan tidak efektif.
"Truk masih bisa saja jalan kalau hujan. Karena jalan yang basah dan dilewati truk dengan muatan berat bisa merusak jalan. Kami juga tidak berhak melarang," kata Iwan, pekerja buruh yang tinggal di Blok F Perum SKM. (m20)

Tidak ada komentar: