Senin, 12 Januari 2009

Malam Futsal dan Banyolan




Jam dinding tergantung di tiang kantor saya menunjuka pukul 22.05, Senin (12/1). Waktu yang cukup bagi saya melihat teman-teman main Futsal. Adit mengirim pesan singkat sebelumnya "Siap2 maen Futsal jam 10" masuk ke dalam kotak masuk pesan HP ku.
Bergegas ku beresin laptop ku yang terpasang kabel jaringan kantor dan power batrei. Di kantor tinggal redaktur ku sedang santai.Wartawan lainnya tidak kelihatan sudah pulang lebih dahulu. Absen, nyalakan motor kegelapan malam dan terangnya lampu jalan serta kota ku terobos.
Tiba di belatuk, tempat main Futsal. Ku lihat sudah ada teman-teman bermain. Saya beli rokok dan minnuman dingin Milo. Pikirku minuman susu lumayan untuk menambah gizi badanku yang kurus kering ini. "Gak maen kah, ayo," kata Adit melihat ku duduk di Cafe Centro bagian depan lapangan Futsal. Yang lainnya pun mengajak dengan sapaan sama.
Sampai disini tak ada yang menghibur buatku. Tepat pukul 23.00, suara tiupan pluit terdengar bertanda waktu main Futsal habis. Semua kelelahan dan berkeringat, mereka bermain menyepak bola malam itu puas dengan olahraga sehat dan menghibur. Pola permainan semakin terasah dengan naluri kaki mengiring dan mengumpan bola. Sampai yang ditunggu berakhir "Gol".
Asri, mahasiswa belum lulus mengajak semua rekan angkatan 2002 sosek ke rumah Ipul. Rumah yang terletak di Jalan Pramuka Gang Kuburan. Disitulah jadi langganan bercanda gila dan ria. Aksi Sapto dan Yudi meluncur kata-kata membuatku geli.
Semua tertawa. Apalagi ada bayolan Asri. Sang Hitman System dan Pewe (Pecinta Wanita). Ia sesekali menunjukan contoh yang sangat hebat dan ampuh menyenangkan wanita. Seperti halnya memegang tangan kaum hawa sambil bermain. Mungkin tidak baik diteruskan disini.
Tak lama, datang Ipul selaku tuan rumah menyuguhkan air dan es batu. Banyolan demi banyolan dilancarkan. Saya pun ikut tertawa. Tingkah Sapto tak ada yang bisa menahan untuk saling mengerjain. Fadli, ditangannya air minum dipercikan ke tangan Sapto. Sontak, tingkah Sapto menanggapi dengan tetap mengolok yang menurutku aneh dan lucu.
Tawa demi tawa dan kelucuan terjadi terus. Sapto, siapa yang tak mengira ia berpenampilan pria jalanan dan jauh kesan orang alim ternyata menyembunyikan kisah asmara yang romantis. Yudi rupanya geram dan gemas melihat sms di dalam Hpnya. "Iya nih, smsnya sama pacarnya pake Abi dan Umi minta maaf," kata Yudi memegang kepala Sapto yang berpotong rambut trendy. Di tengah canda dan rilex, suasana ini menghiburku.

Tidak ada komentar: