Jumat, 14 November 2008

Berkah dari Pasir Parit

JIKA anda melintas di Jl DI Panjaitan Gunung Guntur, Balikpapan sepintas terlihat tumpukan pasir di pinggir jalan. Pasir yang dikemas dalam tumpukan karung itu tidak dibiarkan begitu saja namun untuk dijual. "Sekarung Rp 5 ribu. Saya sudah lama bekerja menjual pasir," kata Senang (50) kepada Tirbun, Jumat (13/11).

Pasir tersebut tidak berasal dari luar pusat kota Balikpapan atau wilayah jauh dari pemukiman. Namun material untuk bahan bangunan itu hanya diambil dari saluran parit pinggir jalan. Waktu untuk mengambil pasir ketika usai hujan. Air yang mengalirkan pasir dari bukit bekas longsor ke parit cukup banyak. Ini menjadi berkah tersendiri usaha menjual pasir.

"Dari parit kita keruk pasirnya dan masukan dalam karung. Ada juga kita biarkan menempuk. Lumayan kalau sedang ramai pembeli pasir, bisa dapat Rp 100 ribu," kata Senang sambil duduk mengawasi tumpukan pasirnya.

Selain Senang berusia lanjut, rekannya Ari membantu mengeruk pasir dari parit untuk ditumpuk di pinggir jalan. Keduanya warga bertempat tinggal Gang Abadi RT 28 Kelurahan Gunung Guntur. Senang telah 10 tahun lebih bergelut dengan urusan pasir.

Pengerukan pasir untuk dijual kembali juga berfungsi untuk mencegah terjadinya kotoran pasir ke tengah jalan raya. Senang mengungkapkan sehabis hujan, di Jl DI Panjaitan terjadi melubernya pasir mengganggu pengendara. Bahkan pasir yang di jalan mengancam

Sewaktu muda, Senang masih memiliki tenaga fisik yang cukup kuat. Ia bekerja menggali pasir di sejumlah kawasan bukit di Balikpapan. Namun seiring waktu usianya menggrogoti tubuhnya, ia beralih mencari pekerjaan yang ringan. Yakni menjadi penjual pasir dengan berharap ada yang singgah menawar harga pasir. "Hari ini memang saya kurang sehat, saya alergi dengan ayam potong dan kripik melinjo. Kalau sudah makan itu badan saya rasanya sakit semua. Tapi besok saya sehat lagi," kata Senang. (m20)

Tidak ada komentar: